pERsiK mAnIA

wELcoME in My bLoG...!!!

Selasa, 20 April 2010

SEBUAH PENANTIAN ( Revisi)

Oleh Khoirotin Nisa IX A

Ketampanan seorang cowok itu bukan hanya di lihat sekilas dari fisicly, tapi tampan hati pun menjadi satu nilai plus yang engga’ semua orang memilikinya.

Shadaqallahul ‘adzim…”tutupku yang baru selesai mengaji.

“Ya Allah berikanlah kemudahan bagi hamba dan keluarga hamba dalam menghadapi cobaan hidup. Tak berarti diri hamba ini menjalani hidup tanpa ridho darimu. Ya Allah berikanlah rizki, umur panjang, serta jauhkan hamba dan keluarga hamba dari segala marabahaya. Berikanlah ilmu yang bermanfaat bagi hamba serta jauhkan hamba dari segala sifat bathil. Amin…”pintaku dalam do’a malamku.

Jam baru menunjukkan 03.00 pagi. Setelah selesai sholat tahajud dan mengaji, akupun merebahkan tubuhku kembali di pembaringan.

“Ya Allah, semoga hari ini lebih baik dari pada kemarin.”gumamku meminta kepada Allah.

Kokok ayam jantan mulai bersaut – sautan tanda pagi akan segera datang. Aku bangun sejenak untuk pergi ke kamar mandi guna mengambil air wudlu untuk melaksanakan sholat subuh. Tak lupa setelah sholat, aku mengulang kembali mata kuliah yang kemarin sudah di sampaikan dan mempersiapkan mata kuliah untuk hari ini.

Ggrrrtttt…gggrrrtt…

Tiba – tiba ponsel di atas meja belajarku bergetar. Di LCD tampak ada satu pesan singkat dari sahabatku, Reza.

“Rangga, nanti pulang kuliah antar aku ke toko buku ya, ada beberapa materi kuliah yang belum aku punya.” Begitu pesan singkat dari sahabatku.

Segera aku membalas pesan darinya.

“OK…”ku kirim kembali pesan dariku ke nomor Reza.

* * *

Hari ini memang hari yang cerah. Ku mulai langkahkan kakiku setapak demi setapak menuju tempat dimana aku menuntut ilmu.

Ku mulai menstater motorku menuju tempat kuliah.

Sampailah telapak kakiku menginjakkan bumi Kediri dimana tempat kuliahku berada.

“Eh Ga…di cariin Anggi tuh.”suara Reza yang tak asing lagi di telingaku mengagetkan.

“Siapa…??”tanyaku pura – pura engga’ dengar.

“Anggi?? masak kamu engga’ kenal sih??.”

“Oh…Anggi, emang ada apa nyariin aku?”tanyaku balik.

“Ya mana aku tahu.”

“Dimana dia sekarang??”tanyaku kembali pada Reza.

“Tadi sih di halaman. Tapi kalau sekarang aku engga’ tahu tuh, cewek kayak dia kan suka banget godain cowok. Awas ati – ati lho Ga ntar kamu bisa di godain dia.”ujar Reza padaku.

“Ya semoga saja tidak, aku tidak akan lengah dengan godaan cewek manapun.”ujarku padanya.

“Ya semoga saja. Aku saja kalau liat pakaiannya hawanya merinding, serba mini sih…”tukasnya.

“Sssttt…engga’ baik ngomongin kejelekan orang. Pamali tau…”

“Pamali tuh makanan apa sih Ga??”tanya Reza padaku.

“Aku juga engga’ tau tuh. Asal ngomong aja.”ujarku pada Reza.

Kitapun tertawa bersama.

“Yuk masuk, keburu dosennya masuk duluan. Nanti kita kena marah lagi…”ujarku.

“Yups.”

Kamipun melangkah melewati ruangan demi ruangan sambil bercanda ria.

“Hai Rangga…”sapa cewek – cewek yang bersimpangan dengan kita.

“Hai…”sapaku kembali.

“Memang Rangga itu patut di sukai banyak cewek, selain orangnya ganteng, tajir, gaul abis, diapun juga ahli ibadah. Memang jarang banget ada cowok seperti dia.”gumam Reza dalam hati.

Tepat aku dan Reza duduk, dosen yang mengajar hari ini datang.

“Pagi anak – anak...”sapa dosen yang mengajar di kelas kami.

“Pagi...”jawab seisi ruangan serempak.

Setelah beberapa saat kemudian jam dosen kamipun selesai.

“Ga, yuk berangkat sekarang aja.”ujar Reza padaku.

“Masak sekarang sih Za...??”tanyaku padanya.

“Ya sekarang lah masak tahun depan.”tukasnya.

“Ya sudah lah. Yuk. . .”

Aku dan Reza mulai mengendarai motor menuju ke tempat yang kita tuju.

“Ga kamu ikut masuk aku aja lah. Siapa tau ntar ada cewek cantik di dalam.”tukas Reza.

“Siapa juga yang mau disini nungguin kamu. Aku ikut masuk ajalah itung – itung sambil cari ilmu. Baca – baca gitu...”ujarku padanya.

Ternyata apa yang Reza katakan benar juga. Seorang gadis cantik berkrudung hijau tampak sedang membaca – baca buku bersama sahabatnya.

Subhanallah...masih ada juga ya gadis secantik dia yang pake kerudung.”gumamku melihat kecantikan seorang gadis tersebut.

“Ssssttt...ayo ada apa sih??”ujar Reza mengagetkan. “Oh...ternyata teman aku yang satu ini sedang terpesona melihat gadis cantik berkrudung hijau itu toh.”

“Apa – apaan sih kamu ini.”ujarku.

“Alah...engga’ usah ngelak lagi deh Ga. Kamu pasti sedang memandang cewek cantik itu kan??”tukas Reza sambil menunjuk ke arah gadis itu.

“Ternyata masih ada juga ya gadis secantik dia, pake kerudung lagi. Subhanallah...”tukasku.

Assalamualaikum...”sapa kedua gadis itu.

Wa’alaikumsalam...”jawabku dan Reza yang tak lama kemudian kedua gadis itu berlalu pergi.

* * *

Semenjak itu, aku masih terbayang – bayang dengan wajah cantik gadis di toko buku kemarin.

Sore ini aku dan Reza berkunjung ke Stadion Brawijaya. Kebetulan hari ini PERSIK bertanding melawan PERSIJA. Aku selalu berdo’a untuk kemenangan PERSIK. Banyak Persik Mania yang sangat antusias mendukung club faforitnya ini. Aku duduk di barisan paling atas bersama Reza sahabatku. Dan Alhamdulillah...PERSIK bisa memperoleh poin 3 di kandangnya sendiri. Aku bersyukur sekali club sepak bola faforitku ini bisa menang.

Jam tanganku menunjukkan waktu 17.30.

“Ga pulang sekarang yuk. Aku takut nanti di tengah jalan hujan. Mana rumahku sama rumahmu engga’ satu tujuan lagi. Kamu sih deket...kalau aku masih 25 km.”ajakku sama Reza.

“Bentar lagi lah Ga. Aku mau minta foto bareng nih sama Yongki dan Sakti pemain idolaku.”ujar Reza.

“Iya sih aku juga pengen. Tapi langit udah mendung nih. Aku takut nanti kehujanan.”

“Iya udah lah. Gimana kalau kamu nginep di rumahku aja, kan lebih deket dari sini ketimbang rumahmu.”

“Engga’ ah. Kapan – kapan aja.”

“Iya udah lah...aku foto barengnya ntar laen kali aja. Yuk...”

“Yups...”

Ternyata apa yang aku takutkan jadi kenyataan. Di tengah perjalanan hujan lebat turun. Tapi waktu sholat maghrib sudah datang. Aku memutuskan untuk berhenti di sebuah masjid yang di sampingnya terdapat pondok pesantren.

Setelah aku melaksanakan sholat, aku mendekati seorang kyai sekaligus pengasuh pondok pesantren disitu.

Assalamualaikum...”sapaku sambil mencium tangan kyai tersebut.

Wa’alaikumsalam...anak ini sedang dalam perjalanan tapi kehujanan ya...??”tanya kyai tersebut.

“Iya Bah...sebenarnya perjalanan mau pulang. Tapi di tengah jalah hujan turun. Apa lagi sudah menjelang sholat maghrib. Iya saya putuskan untuk sholat dulu disini sambil menunggu hujan berhenti.”terangku.

“Oh...panggil saja saya Bapak Khalid Hasyim. Anak ini memang sedang dalam perjalanan dari mana??

“Saya dari Stadion Brawijaya Bah...panggil saja saya Rangga.”

“Oh...nak Rangga.”

Kamipun sudah mulai akrab dengan perbincangan – perbinangan tadi. Tak terasa hujan berhenti.

“Bah, Rangga pamit pulang dulu ya, takut di cariin ibu. Kapan – kapan Rangga boleh dong maen kesini lagi??”tanyaku.

“Iya, nak Rangga boleh maen kesini lagi. Pintu rumah abah selalu terbuka untuk nak Rangga.”

Assalamualaikum...”ujarku sambil mencium tangan abah.

Wa’alaikumsalam...hati – hati nak Rangga.”

“Iya bah...”

Akupun mulai meninggalkan halaman masjid tadi dan tiba di rumah.

Assalamualaikum...”sapaku hendak masuk rumah.

Wa’alaikumsalam...”jawab ayah dan ibuku di ruang tengah. “Habis dari mana Ga??”tanya ayah padaku.

“Tadi sore habis nonton PERSIK di Stadion Brawijaya.”

“Kok jam segini baru pulang??”

“Iya tadi abisnya di tengah jalan hujan sih yah...ya Rangga mampir dulu di sebuah masjid yang ada pondok pesantrennya.”

“Oh...yang penting kamu sudah sholat kan??”

“Iya pastinya lah yah...Rangga masuk dulu ya yah...”

“Iya ntar kesini lagi ayah mau ngomong sama kamu.”

“Iya yah...”

Setelah mandi dan ganti baju, aku turun ke bawah untuk menemui ayah.

“Ada apa yah tadi nyuruh Rangga turun??”

“Iya sini deket ayah dulu, Ayah mau ngomong. Sekarang kamu kan sudah besar, kapan nih kamu cari pacar. Sebentar lagi kan kamu sarjana. Kamu sudah punya pacar belum??”tanya ayah.

“Belum sih yah, tapi Rangga sudah punya pandangan untuk cewek Rangga. Kemaren Rangga liat cewek itu di toko buku. Orangnya cantik banget, berkrudung juga. Tapi sayangnya Rangga tidak tahu siapa nama cewek itu, iya ntar Rangga cari tahu dulu siapa cewek berkrudung kemaren.”jelasku.

“Iya ayah setuju dengan ciri – ciri cewek yang kamu maksud tadi.”

“Iya makasih yah...”

* * *

Hari demi hari telah ku lalui. Tiba kini saatnya aku wisuda.


* * *

Lima bulan kemudian, aku pergi ke tempat Abah Khalid Hashim. Disana aku meminta petunjuk padanya agar dapat menemukan jodohku.

Assalamualaikum...”sapaku hendak masuk rumah.

Wa’alaikumsalam...”jawab Abah Hasyim dari dalam. “Mari masuk nak...”ujar Abah mempersilahkan masuk.

“Lama nak Rangga engga’ maen kesini ya, gimana kabar nak Rangga??

Alhamdulillah Bah, Rangga sehat wal’afiat. Abah sendiri dengan keluarga??

“Iya seperti yang nak Rangga lihat. Alhamdulillah...”

“Bah, kedatangan Rangga kesini ingin meminta petunjuk sama abah, ayah dan ibu Rangga sudah kepingin ngelihat Rangga punya istri. Tapi masalahnya, banyak gadis – gadis cantik tapi tidak sholat dan berkrudung. Banyak gadis – gadis yang mengumbar auratnya. Rangga ingin mencari seorang gadis yang mungkin bisa menjadi jodoh Rangga. Mungkin dengan kedatangan Rangga, abah bisa membantu Rangga.”abah Hasyim terdiam memikirkan maksud dari ucapan Rangga.

“Iya maaf nak Rangga. Tapi apakah nak Rangga mau dengan seorang gadis buta, tuli, pincang, tapi dia sholehah??”Rangga terdiam dan berfikir sejenak.

“Iya mungkin kalau menurut abah saya cocok dengannya, saya bersedia.”

“Apakah itu sebuah keputusan nak Rangga yang sungguh dari dalam hati nak Rangga??”

“Iya, saya bersedia bah. Kalau mungkin dia cocok sama saya, saya bersedia.”

Kemudian Abah memanggil seorang gadis dari dalam.

“Nisa...”panggil abah.

“Iya Bah...”gadis tersebutpun keluar.

Dan yang engga’ aku sangka – sangka ternyata orang yang di panggil abah itu orang yang pernah aku temui di toko buku dulu.

Subhanallah...bukannya ini gadis yang pernah aku lihat di toko buku dulu.”

Nisapun juga sama seperti Rangga, kaget melihat siapa yang menjadi tamu abahnya.

“Iya Bah...ada apa gerangan abah memanggil Nisa.”tanya Nisa sama Abah.

“Sini duduk dulu nak...”

“Ini lho nak Rangga yang abah maksut tadi, gadis yang buta melihat sesuatu yang tidak baik, tuli mendengarkan kata – kata kotor, dan pincang mengunjungi tempat – tempat yang tidak baik. Apakah nak Rangga mau dengan gadis ini??”tanya abah padaku.

“Iya bah, Rangga mau. Saya kira gadis tersebut memang tuli, buta, pincang, tapi subhanallah...”ujarku.

“Gimana Nisa...”

“Iya Bah...”Nisa menunduk malu.

“Alhamdulillah...sekarang kalian bersatulah menjadi sebuah keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Restu abah menyertaimu nak...”

Sejak itulah Rangga dan Nisa bersatu dan menjalankan sunnah Rasulullah yaitu menikah.

* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar